Berangkat dari konstelasi diatas, Bambang Sudibyo dalam pidato kuliah perdana (2002) STIE Ahmad Dahlan Jakarta menyatakan, apabila akuntan masih ingin eksis dan survive, maka seluruh komponen masyarakat termasuk lembaga, organisasi dan profesi secara tidak tertulis harus memiliki " social cantarct" layaknya konsep-konsep politik para filosof seperti Durkheim, Rossow, webber, dan lain-lain. Akuntan memiliki janji kepada masyarakat untuk memegang teguh janjinya untuk bekerja sesuai dengan landasan moral dan menjaga kesucian profesinya. Bahkan untuk melengkapi argumennya, Sudibyo menyatakan, ada kesalahan perspektif filosofis di kalangan akuntan terhadap pengertian bukti atau " Evidential Matters". Evidential Matters dimarjinalisasi pengertiannya menjadi hanya bukti formal, seharusnya selain memeriksa bukti-bukti formal, legal dan wajar tetapi harus berdasarkan keyakinan substansi professional yang dimiliki seorang akuntan di bentengi dengan etika profesi. Kwik Gian Gie sering sekali menyatakan dalam berbagai media bahwa profesi akuntan hanya memperhatikan bukti formal bukan substansial, sehingga opini akuntan publik baginya tidak berguna sama sekali dalam menilai keadaan keuangan perusahaan
( Harahap, 2001, h. 102).
Bruche Lev dalam Harahap (2001) mengingikan revolusi besar-besaran dalam disiplin akuntansi, jika tidak akuntansi akan senasib dengan dinosaurus yang hanya tinggal kenangan dan menjadi isi museum. Perkembangan dan perubahan bentuk industri menurut beliau tidak diikuti secara pararel oleh ilmu akuntansi, pencatatan hanya dilakukan pada aktiva berwujud saja, sedangkan industri pada masa kini besar dengan assets berupa aktiva tak berwujud seperti paten, goodwill, lisensi, hak cipta, internet, website, software dan sebagainya. Itulah salah satu keterbatasan akuntansi konvensional pada saat ini, tidak mampu menghitung assets yang diluar kalkulasi material. Trueblood Committee ( Harahap, 2001, h. 92 ), menyampaikan kritik terhadap akuntansi konvensional sebagai berikut :
1. Akuntansi hanya menyangkut laporan historis sehingga tidak dapat menggambarkan secara eksplisit prospek masa depan.
2. Angka-angka akuntansi umumnya didasarkan pada hasil transaksi pertukaran sehingga hanya menggambarkan nilai pada saat itu.
3. Dalam akuntansi sering digunakan metode dari beberapa metode yang sama-sama diterima yang menghasilkan laporan dan informasi berbeda.
4. Akuntansi menekankan pada laporan keuangan yang bersifat umum yang dapat digunakan semua pihak. Sehingga terpaksa selalu memperhatikan semua pihak padahal pemakaiannya yang sebenarnya memiliki perbedaan kepentingan.
5. Angka-angka disatu laporan berkaitan dengan angka-angka dilaporan lainnya.
6. Diakui bahwa laporan keuangan yang sekarang tidak menggambarkan likuiditas dan arus kas.
7. Perubahan dalam daya beli uang jelas ada, namun hal ini tidak tergambarkan dalam laporan keuangan.
8. Konsep "materiality" merupakan konsep pelaporan. Batasan terhadap istilah ini agak abu-abu.
Lebih lanjut Bruche Lev, menyatakan, peran akuntansi akan semakin kecil jika tidak dirubah. Lev berpendapat bahwa akuntansi adalah bagian dari ekonomi lama bahkan bagian dari Lucas Pacioli era 1400-an, akuntan bukan " a good eyesight ", lensa yang lama tidak akan mampu melihat situasi ekonomi yang baru, apalagi berkaitan dengan pelaporan akan aktiva-aktiva yang tak berwujud seperti: ide, merk, cara kerja, goodwill, franchise. Para pegawai tidak pernah tahu, berapa akurat sebenarnya konstribusi mereka terhadap perusahaan sehingga mereka paham akan hak-hak mereka sebagai pekerja. Disisi lain berabad-abad lalu Karl Marx telah menyampaikan kritiknya terhadap akuntansi kapitalis, menurut marx " akuntansi kapitalis tidak lebih hanya merupakan alat legalisasi atau stempel kapitalis untuk tetap eksis".
Kritik terhadap keterbatasan akuntansi konvensional yang harus melakukan pararelisasi dengan praktek-praktek lembaga ekonomi pada masa kini yang terus berkembang dengan berbagai bentuk transaksi ekonomi bisnis yang dilakukan. Membuktikan, bahwa akuntansi sebagai ilmu harus terus melakukan penelitian-penelitian serta kajian-kajian yang intensif untuk melahirkan teori akuntansi yang sesuai dengan kebutuhan peradapan ekonomi. Akuntansi kapitalis yang mendapat tantang serius dari akuntansi Islam, akuntansi SDM, akuntansi modern merupakan salah satu bukti, bahwa terdapat banyak kekurangan dalam pengembangan dan praktek ilmu akuntansi. Akuntansi kapitalis yang dibangun berdasarkan landasan pikir sekuler terkonstruksi sebagai ilmu yang bebas nilai ( Value Free ), sehingga satu-satunya landasannya adalah rasional tanpa memiliki dimensi teologis ketauhidan serta moral. Akuntansi yang dibangun pada ranah peradapan ekonomi kapitalis lahir sebagai perangkat konstruktif peradapan tersebut. Seluruh dimensi penyajian laporan keuangan selalu mencerminkan kebutuhan dan kepentingan stockholder sesuai dengan filosofi induk yang melahirkannya
Oleh Dahnil Simanjutak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar